Selasa, 14 Desember 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3.a.9

A. Coaching 

Coaching adalah sebuah percakapan, dialog saat seorang coach dan seseorang berinteraksi dalam sebuah komunikasi yang dinamis untuk mencapai tujuan, meningkatkan kinerja dan ‘menuntun’ seseorang mencapai keberhasilannya ( Zeus and Skiffington ) Coaching is a conversation, a dialogue, whereby the coach and the individual interact in a dynamic exchange to achieve goals, enhance performance and move the individual forward to greater success. ( Zeus and Skiffington ) 

Tujuannya adalah menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki, sedangkan hubungan antara coachee dan coach adalah kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengarahkan saja, coachee lah yang membuat keputusan sendiri. 

Coaching menjadi salah satu proses “menuntun” belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya Sebagai seorang “pamong”. Guru dapat memberikan “tuntunan” melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. 
Pentingnya proses coaching: 
  1. Proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. 
  2. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi. 
  3. Pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya. 

Coaching Dipandang dari sudut TUT WURI HANDAYANI 
  1. Murid adalah Mitra Belajar Memberikan apresiasi kepada murid sebagai mitra belajar. Guru sejatinya memiliki sebuah cara berpikir bahwa dalam proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar. Ketika mendengarkan murid, guru belajar mengenali kekuatan dirinya juga mengenali muridnya secara mendalam. Demikian pula sebaliknya, tuntunan yang diberikan guru memberikan ruang bagi siswa untuk menemukan kekuatan dirinya sebagai murid dan sebagai manusia.
  2.  Emansipatif Proses coaching membuka ruang emansipatif bagi guru dan siswa untuk merefleksikan kebebasan mereka melalui kesepakatan dan pengakuan bersama terhadap norma-norma yang mengikat mereka. Ruang emansipatif memberi peluang bagi murid untuk menemukan kekuatan kodratnya, potensi dirinya, dan kekuatan yang dimilikinya.
  3. Kasih dan Persaudaraan Proses coaching sebagai sebuah latihan menguatkan semangat Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti/mendampingi/mendorong kekuatan kodrat murid secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Murid adalah seorang manusia yang memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta kasih 
  4. Ruang Perjumpaan Pribadi Proses coaching merupakan sebuah ruang perjumpaan pribadi antara guru dan murid sehingga keduanya membangun rasa percaya dalam kebebasan masing-masing. Kebebasan tercipta melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menguatkan kekuatan kodrat murid. 
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. 

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir. 
TIRTA kepanjangan dari 
T   : Tujuan 
I    : Identifikasi 
R   : Rencana aksi 
TA : Tanggung jawab 

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. 

B. Pembelajaran Berdiferensiasi 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: 
  1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. 
  2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya. 
  3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. 
  4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda. 
  5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif. 
Pembelajaran berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten, konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Diferensiasi Produk merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari. Diferensiasi Proses merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi. 

C. Pembelajaran Emosi dan Sosial 

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. 

Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan: 
  1. Kesadaran diri pengenalan emosi ( Pengenalan emosi seperti ini dapat membantu baik guru maupun murid untuk dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat. 
  2. Pengelolaan diri /pengelolaan emosi dan fokus ( kemampuan mengelola fokus pada saat itu menjadi kemampuan yang sangat penting ) 
  3. Kesadaran sosial/empati ( Empati merupakan kemampuan untuk mengenali dan memahami serta ikut merasakan perasaan-emosi orang lain sehingga dapat melihat perspektif sudut pandang orang lain) 
  4. Keterampilan Relasi / kerja sama dan resolusi konflik ( Kemampuan kita untuk bekerja sama dan menyelesaikan konflik dengan konstruktif akan membantu kita membangun hubungan yang positif dengan orang lain. 
  5. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab ( kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial ) 

D. Keterkaitan antara Materi Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran  
     Emosi dan Sosial 

Pembelajaran Emosional dan sosial merupakan penerapan karakter yang positif dengan perkembangan murid serta keluarga besar sekolah lainnya, untuk menciptakan suasana kondusif demi mendukung terwujudnya profil pelajar pancasila. Penerapan karakter-karakter baik ini akan melatih murid supaya terbiasa dan menjadi budaya yang melekat pada dirinya yang akan berguna pada masa yang akan datang.

Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan suatu cara merangkul semua murid yang beragam agar semuanya mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dengan menyesuaikan kebutuhan, situasi dan kondisi murid tersebut. Hal ini akan sangat manusiawi dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga bisa menambah semangat, prestasi dan kemajuan murid dalam kelas tersebut. 

Coaching merupakan sebuah percakapan, dialog saat seorang coach dan seseorang berinteraksi dalam sebuah komunikasi yang dinamis untuk mencapai tujuan, meningkatkan kinerja dan ‘menuntun’ murid mencapai keberhasilannya. Proses coaching ini sangat diperlukan untuk proses perbaikan dan pemulihan semangat belajar murid, supaya murid bisa berada dalam koridor yang benar, selain itu juga merupakan salah satu tugas guru yaitu membimbing murid supaya mendapatkan kapasitasnya sesuai dengan kodrat murid tersebut. 

Jadi hubungan antara Pembelajaran Emosional dan sosial, Pembelajaran Berdiferensiasi dan Coaching adalah ibarat sebuah tiga jembatan yang menghubungkan antara jalan satu dengan yang lainnya supaya mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran Emosional dan Sosial untuk menumbuh kembangkan perilaku yang baik supaya kondisi lingkungan belajar terjaga kondusif pula, sedangkan Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan sebuah cara memanusiakan murid untuk diakui dan dihargai dalam prose pembelajaran sehingga dapat mengikuti dengan penuh gembira dan semangat. Jika ada keduanya ini maka murid akan berada di dalam lingkungan kondusif dan menyenangkan murid maka tujuan untuk mewujudkan profil pelajar pancasila akan tercapai, apalagi kalau ditambah dengan proses coaching yang menjadi kebutuhan, maka segala permasalahan akan mengalir seperti aliran air disungai tanpa meluap ke bantaran tepi sungai serta mengganggu aktifitas bahkan sampai merusak segala sesuatu yang dilewatinya.

D. Refleksi Materi Coaching 


Ki Hajar Dewantara pernah menyatakan pendapat  beliau tentang peran guru yang baik atau ideal terkenal dari slogan yang telah beliau susun, yang sering kita dengar  ing ngarso sung tulodo (apabila di depan memberi contoh), ing madyo mangun karso (apabila di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (apabila di belakang memberi dorongan). Terakhir adalah momong, among, ngemong yang memiliki arti supaya para guru dapat mendidik anak muridnya dengan cara mengasuh dan memberi nilai-nilai yang positif dalam kehidupan mereka. Bukan mengasuh dengan cara paksaan, melainkan dengan memperhatikan dan menuntun atau mengarahkan agar anak didik bebas untuk mengembangkan diri, supaya semua murid dapat merdeka batinnya, pikirannya, juga tenaganya. Karena pendidikan bertujuan untuk memanusiakan (memerdekakan) manusia. Dalam mengemban peran ini guru harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memudahkan dan meringankan tugasnya, salah satunya adalah dalam proses ngemong, tujuannya adalah untuk memerdekakan manusia, dalam hal ini bisa dilakukan salah satunya dengan coaching, dalam coaching ini murid dijadikan selevel dengan guru, hanya saja guru yang mencarikan stimulus bagi murid agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan model TIRTA yang digunakan. Dengan melakukan ini murid diajak berpikir dengan kemampuan yang ada didalam dirinya untuk menyelesaikan segala persoalannya

Sabtu, 15 Desember 2012

HASIL ULANGAN IPA KELAS 8 SEMESTER 1

NILAI ULANGAN UMUM MURNI SEMESTER 1 IPA KELAS 8

Selasa, 12 Juni 2012

Nilai Biologi Semester 2 Kelas 8 E - H 2012

Nilai Biologi Kls 8 E - H

Senin, 26 Maret 2012

Nilai Raport Bayangan kls.9 Tahun 2012

Senin, 26 Desember 2011

BUKU IPA KELAS 9 SMP/MTs

Smp9ipa AlamSekitar Diana

Jumat, 23 Desember 2011

RAPORT KELAS 9A SEM.1 TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Rapot 9a

Selasa, 20 Desember 2011

Kisi Kisi Un Tahun Pelajaran 2011/2012 SMP/MTs

Kisi Kisi Un 2011 Smp